![]() |
Sumber gambar : google.com |
Di tengah krisis kepemimpinan saat ini sejatinya perlu merancang ulang orientasi terlahirnya generasi di dunia ini termasuk anak-anak kita. Bukan hanya sekedar memenuhi keinginan punya anak yang kelak bisa berpendidikan tinggi dan piawai mencari materi dengan ilmu yang telah diserapnya di pendidikan formal padahal hanya menjadi pecundang.
Bukan pula menerjunkan mereka menjadi pemimpin sekedar kedudukan pangkat dan jabatan kalau hanya pada akhirnya mengukuhkan sistem Kapitalisme Demokrasi .
Bukan pula anak-anak yang menjadi pemimpin tapi orang-orang yang dipimpinnya bukanlah orang-orang yang bertakwa tapi pemimpin yang berada dalam sistem yang tidak Islami yang akhirnya arahan kepemimpinanya bukanlah berdasarkan ketentuan Allah tapi berdasarkan keputusan manusia.
Tapi adalah merancang calon pemimpin umat yang akan memimpin peradaban di era Khilafah. Anak-anak kitalah kelak yang akan mengukir perdaban gemilang untuk kedua kalinya di bawah kepemimpinan mereka.
Bukankah seringkali kita berdoa, “Ya Robb kami berikanlah kepada kami pasangan2 kami dan anak keturunan kami sebagai cahaya mata dan jadikanlah kami pemimpin (imam) bagi orang-orang yang bertaqwa.”
Inilah sebuah harapan setiap ayah pejuang, inilah harapan setiap bunda pejuang terhadap buah hatinya. Kelak anak-anaknya adalah anak-anak cahaya mata, anak-anak calon pemimpin umat imam bagi orang-orang yg bertakwa. Karena itulah butuh persiapan dengan ilmu, butuh keterampilan yang terlatih dan butuh komitmen yang istiqomah agar terjadi progresifitas terwujudnya kepemimpinan Islam yang sangat urgent.
Anak laki-laki dan perempuan sama saja, sama-sama di cetak menjadi pemimpin di tengah-tengah orang-orang yang bertakwa sesuai dengan porsi dan bidangnya masing-masing. Anak perempuan diutamakan mampu memimpin di rumah tangga suaminya karena anak perempuan kelak pencetak generasi pemimpin, lebih luas lagi memimpin sesama perempuan untuk mewujudkan kekuasaan ideologi islam dan melestarikannya hingga akhir zaman. Anak laki-laki juga demikian disamping mampu memimpin keluarganya, lebih luas lagi mampu memimpin umat yang akan mewujudkan kekuasaan ideologi Islam dan melestarikannya.
Menyiapkan anak perempuan memimpin rumah tangga suaminya tidak kalah pentingnya dengan menyiapkan anak laki-laki menjadi pemimpin peradaban. Maka siapkanlah anak-anak kita menjadi pemimpin bagi orang-orang yang bertakwa.........
Inilah yang dimaksud dalam sebuah hadist :
“Dari Nabi saw. Beliau bersabda : Ketahuilah masing2 kamu adalah pemimpin dan akan dimintai pertanggungjawaban terhadap apa yang dipimpim. Seorang imam adalah pemimpin dan akan dimintai pertanggungjawaban terhadap yg dipimpinnya. Seorang suami adalah pemimpin anggota keluarganya dan ia dimintai pertanggungjawaban terhdp mereka. Seorang istri juga pemimpin bagi rumah tangga serta anak suaminya dan ia akan dimintai pertanggungjawaban terhadap yang dipimpinnya.....”
Bagaimana menyiapkan anak-anak menjadi seorang pemimpin? Secara umum sama saja persiapannya hanya dengan garapan yang berbeda, Anak laki-laki lebih kepada kepemimpinan urusan-urusan publik , sedangkan anak perempuan menggarap urusan domestik yang paling dominan agar generasi kepemimpinan itu tetap berlangsung dan berlanjut.
Beberapa hal yang harus disiapkan adalah:
1. Tanggung Jawab
Yang paling melekat dalam diri pemimpin itu adalah tanggung jawab dan tanggung jawab yang paling agung itu adalah terhadap Allah SWT. Ajarilah anak senantiasa bertanggung jawab terhadap amanah yang di embannya sekecil apapun, misalkan tanggung jawab menjaga keutuhan mainannya atau menjaga keselamatan adiknya bila dititipkan sesaat, menjaga kebersihan dll. Khususnya lagi tanggung jawab terhadap amanah yang diberikan Allah SWT semisal menjaga terealisasinya hukum-hukum Allah dalam kehidupan.
2. Terbiasa Berpikir Mencari Solusi
Pertimbangan yang bijak dan benar dalam mengambil keputusan adalah ciri pemimpin yang di cintai, bimbinglah anak selalu terlatih memikirkan masalah dan mencarikan solusi sesuai dengan landasan aqidah yang telah ditanamkan. Kita bisa meminta anak memutuskan sebuah perkara pertengkaran di antara saudara yang lain, minta solusi-solusi mereka sebelum umi memberikan solusi. Bila terjadi tangis di antara mereka biarkan menangis sambil menjelaskan bahwa solusi terhadap masalah mereka tidak bisa dengan tangisan tapi bicaralah dan biarkan anak dibiasakan mencari solusi sendiri terlebih dahulu.
3. Komunikatif
Selalu mengkomunikasikan rencana, tujuan dan target suatu kebiasaan pemimpin sebelum beramal, maka biasakan anak mengkomunikasikan rencana-rencana hariannya kemudian seperti apa langkah yang hendak dia ambil untuk merealisasikan tujuannya. Misalkan hari ini adalah program berenang. Maka sehari sebelumnya anak sudah membicarakannya bahwa dia akan menyiapkan ini dan itu nya hingga sampai ke tujuan, bila ada hal yang kita anggap perlu disempurnakan jangan segera beri keputusan tapi berikanlah saran atau usulan kemudian minta anak mempertimbangkannya sehingga dia sendiri yg ambil keputusan.
4. Mampu Berpengaruh Pada Orang Lain
Pernah melihat anak selalu dikuntit teman-temannya, ngefans berat dan selalu minta pendapat dia terhadap banyak hal? Misalkan permainan apa yang hendak dilakukan, baiknya belajar atau menghafal quran dll. Berarti anak ini cukup berpengaruh dan potensi ini menjadikan dia sebagai subyek, pelaku akan perubahan tentunya ke arah yang lebih baik. Biasanya anak seperti ini kaya akan ide dan kreatif dan diminati teman-temannya. Kebiasaan bahasa yang fasih, kata-kata yang tegas dan lugas, pemikiran yang cemerlang mampu menjadi magnet tersendiri bagi teman dan selalu dirindukan teman-temannya.
Itu semua berkaitan erat dengan pola asuh dan pola didik oarang tua terhadap anak. Ada orang tua yang otoriter pengen instan langsung dituruti, hal ini hanya akan membentuk pola kepemimpinan otoriter karena dibentuk seperti itu, atau bisa jadi tidak bisa memimpin karena harus tunduk dan patuh di bawah perintah orang lain. Ada juga orang tua yang permisif, membolehkan apa saja keinginan anak sehingga sulit diataur dan cendrungnya merusak suasana. Ada juga orang tua yang protektif terhadap anak sehingga anak-anak kurang diberi kepercayaan yang akhirnya kehilangan kepercayaan diri.
Apa yang seharusnya ditempuh....? Tentunya pola pengasuhan yang sesuai Islam dan pola pendidikan yang berkesinambungan di atas landasan aqidah Islamiyyah. Pada dasarnya anak meniru pola kepemimpinan abi dan uminya, maka kepemimpinan abi dan umi yang harus diasah lebih baik lagi dan lebih tangguh lagi sehingga ditularkan kepada anak-anaknya. Jadi pemimpin peradaban itu kelak ada pada anak-anak kita di era Khilafah menggantikan kepemimpinan hari ini dalam arahan kapitalisme demokrasi.[FA]
Wallahu a’lam bishshowab
Sumber: FB Ustadzah Yanti Tanjung
Like dan Share : FB Homeschooling PPU
Email : hsgkuppu@gmail.com
Telp/WA : 0853 4848 9448 (Faiz Abdillah)
Email : hsgkuppu@gmail.com
Telp/WA : 0853 4848 9448 (Faiz Abdillah)
Donasi, Infaq, Shodaqoh serta Dukungan dari ayah bunda untuk HSG PPU silahan klik: DONASI
0 komentar:
Posting Komentar