Senin, 23 Oktober 2017

Stop Duplikasi Kekerasan Pada Anak

sumber gambar : google.com
Bismillah

By : Syaheed Asa

Ketika bersama ananda maupun melihat anak orang lain, terkadang  terlihat perilaku mereka yang membuat kita tercengang dan segera mengintrospeksi diri dan lingkungan. Contohnya ketika mereka marah saat kita menolak untuk memenuhi keinginan mereka karena kiat merasa bahwa kita sedang tidak ingin, tidak sempat ataupun kita merasa itu berdampak buruk bagi mereka. Kemudian mereka mengeluarkan perkataan yang bagi kita sangat tidak baik atau kasar bahkan bermautan ancaman. Semisal ‘klo bunda ga mau, nanda pukul ya..!’ dan sebagainya. Atau pernah juga kita menyaksikan dua kakak beradik dari lingkungan sekitar kita yang bertengkar karena berebut makanan, kemudian si kakak atau adik berkata kotor, memaki bahkan menendang si adik karena makanan tadi. Sungguh mencengangkan atau lebih tepatnya memprihatinkan.

Tentunya salah satu pertanyaan yang muncul pertama kali adalah darimana ia mendapatkan contoh yang demikian. Tentunya evaluasi pertama adalah jatuh kepada kita selaku orang terdekat mereka, orang tua mereka yang bertugas mendidik mereka denga sebaik-baiknya. Biasanya juga reaksi orangtua terhadap hal semacam ini juga beragam. Ada yang langsung menyadari kesalahan atau segera mencari tahu sumber masalah dan menyelesaikannya dengan penuh kasih sayang dengan anak-anak kita. Ada pula yang bereaksi dengan cara menunjukkan kekecewaan serta kemarahan kita kepada mereka dengan mengomeli ataupun memarahi mereka atas sikap mereka yang tidak baik atau bahkan segera berpikir dan memberikan hukuman fisik yang dianggap pantas untu mereka terima.

Anak kita dalam proses tumbuh kembangnya apalagi dalm usia dini, banyak belajar dari lingkungan sekitarnya . Haruslah disadari bahwa proses imitasi atau duplikasi  adalah bagian dari proses belajar mereka dan menjadi bekal bagi mereka kelak dalam menjalani masa depan kehidupan mereka sendiri. Apa yang terjadi pada anak kita, sedikitnya seperti contoh kasus diatas tidak lain ada beberapa hal yang mempengaruhinya, antara lain :

    Tauladan dari ayah bunda ( bisa keduanya, bisa juga dari ayah saja atau bunda saja)
   Lingkungan rumah berupa keluarga besar (karena perbedaan pemahaman tentang cara mendidik anak, perbedaan karakter, dsb)
    Tayangan dan tontonan
    Lingkungan sekolah
•    Lingkungan tetangga dan teman

Inilah yang bisa mempengaruhi perilaku negatif atau kekerasan pada anak kita sehingga menduplikasi bahkan sampai mereka dewasa. Dan hal ini kemudian akan mereka teruskan kepada lingkungan sekitar bahkan keturunan mereka. Inilah yang terjadi pada lingkungan kita saat ini. Begitu banyak contoh kekerasan sehingga duplikasi kekerasan menjadi sesuatu yang berlangsung cepat dan massif ditengah anak-anak kita dan menghantui masa depan mereka.

Bagaimana mencegah atau meminimalisir mereka dari pengaruh kekerasan yang dapat merusak kepribadian sholih sholihah yang ingin kita bentuk terhadap anak-anak kita. Maka harus berangkat dari menganalisa darimana pengaruh paling besar terhadap proses duplikasi kekerasan yang terjadi pada mereka.  Dan memang kita harus jujur terhadap diri kita sendiri sejauh mana kita memberikan pengaruh buruk pada kepribadian anak-anak kita. Bahkan kita adalah orang-orang yang harus pertama kali siap mengubah kebiasaan mengeluarkan kata yang buruk ataupun sikap yang tidak baik. 

Berikut tips yang bisa kita amalkan untuk men’stop’ duplikasi kekerasan yang terjadi pada anak kita: 

Bekali diri kita dengan ilmu yang cukup untuk menjadi orangtua sekaligus teladan yang baik bagi anak  kita dan lingkungan sekitar. Islam adalah agama yang sempurna dan memiliki khasanah ilmu yang lengkap tentang mendidik anak agar menjadi generasi qurrota a’yun dan muttaqiena imaama. Ingat bahwa tidak ada kata berhenti belajar sampai kita sampai ke liang lahat. Ilmu agama dan ilmu tentang tumbuh kembang anak tentunya. Ilmu juga membantu kita untuk lebih bisa mengendalikan diri dalam menghadapi masalah dalam mendidik anak. Ikutilah pembinaan islam yang bersifat intensif. Agar ilmu kita senantiasa bertambah dan terarah. 

Perbanyaklah Sharing terkait dengan penanganan masalah anak yang benar, bagaimana kita belajar untuk berubah dan memperbaiki diri. Bisa dengan mengikuti grup parenting dan sebagainya. Jangan lupa mitra sharing kita yang utama adalah suami sebagai kepala rumah tangga kita. 

Buat program utnuk mengisi waktu anak kita dengan kegiatan yang membantu mereka untuk semakin taat kepada Allah swt dan meningkatakan kecerdasan dan kretifitas mereka seperti membuat prakarya, memancing, berkebun, berkunjung ke pepustakaan, dsb. Sehingga mereka tidak fokus kepada tontonan. Apalgi yang memiliki muatan kekerasan baik fisik maupun perkataan yang tidak baik/ahsan. 

Carilah sekolah yang punya satu visi dengan kita. Kita harus jeli dalam memilih tempat anak-anak kita belajar dan berinteraksi. Sekolah tersebut bisa kita yakini menjadi mitra yang kompak dalam membentuk kepribadian islam yang kuat dalam diri anak kita. 

Selain melakukan pengawasan terhadap tontonan, kontrol kita dalam memilih teman dan lingkungan bergaul bagi anak kita juga penting. Semakin dewasa maka semakin kecil ketergantungan terhadap kita dan semakin besar pula kebutuhan mereka untuk bersosialisasi. Ini pun mengharuskan kita memberi teladan sekaligus menjalankan kewajiban kita untuk  amar ma’ruf nahyi munkar sehingga kita bisa menularkan visi kita terhadap terwujudnya generasi yang berkarakter sholih sholihah dan pemimpin ditengah umat. 

Jangan lupa untuk menyertai setiap usaha dan langkah kita dengan doa. [SA]

Semoga bermanfaat….!

Like dan Share : FB Homeschooling PPU
Email : hsgkuppu@gmail.com
Telp/WA : 0853 4848 9448 (Faiz Abdillah)

Donasi, Infaq, Shodaqoh serta Dukungan dari ayah bunda untuk HSG PPU silahan klik: DONASI

0 komentar: