Rabu, 25 Oktober 2017

Mencegah Stres Pada Anak


Bismillah

By : Syaheed Asa

Generasi jaman sekarang sungguh parah. Gara-gara putus cinta bisa bunuh diri. Akibat gagal ujian, bunuh diri. Sungguh rentan sekali. Terbayang bagaimana masa depan yang akan diraih oelh bangsa ini jika mayoritas generasinya sangat mudah stress dan gampang putus asa. Tulisan ini sedikit mengulas tentang stres pada anak dan penanganannya.

Stres merupakan reaksi tubuh pada diri seseorang akibat berbagai persoalan yang dihadapi. Gejala-gejalanya mencakup mental, sosial dan fisik; bisa berupa kelelahan, kemurungan, kelesuan, kehilangan atau meningkatnya nafsu makan, sakit kepala, sering menangis, sulit tidur atau malah tidur berlebihan. Perasaan was-was dan frustrasi juga bisa muncul bersamaan dengan stres.

Menurut penelitian Baker dkk (1987), stres pada diri seseorang akan mengubah cara kerja sistem kekebalan tubuh. Para peneliti ini juga menyimpulkan bahwa stres bisa menurunkan daya tahan tubuh terhadap serangan penyakit berupa menurunnya jumlah fighting desease cells.

Akibatnya, orang tersebut mudah terserang penyakit, dan sulit sembuh karena tubuh tidak banyak memproduksi sel-sel kekebalan tubuh, atau sel-sel antibodi banyak yang kalah.

Stres yang sudah berjalan sangat lama akan membuat letih health promoting response dan akhirnya melemahkan penyediaan hormon adrenalin dan daya tahan tubuh.

Banyak penelitian yang menemukan adanya kaitan sebab-akibat antara stress dengan penyakit seperti jantung, gangguan pencernaan, darah tinggi, maag, alergi, dan beberapa penyakit lainnya.
Oleh karenanya, perlu kesadaran penuh setiap orang untuk mempertahankan tidak hanya kesehatan dan keseimbangan fisik saja, tetapi juga psikisnya agar tidak mudah dihinggapi stres.

Penyebab stres pada anak kadangkala mudah untuk dideteksi, tetapi seringkali sulit untuk diketahui. Ada yang mudah untuk dihilangkan, ada yang sulit atau bahkan tidak bisa dihindari.

Tiga sumber utama stres adalah faktor lingkungan, fisik dan pikiran. Khusus tentang stress yang menimpa para anak biasanya menyangkut persoalan pertemanan, sekolah atau prestasi belajar, lingkungan keluarga yang berkonflik dan kesehatan.

Ketidak mampuan anak dalam bersosialisasi karena kurang percaya diri baik dari segi fisik , materi maupun prestasi bisa menimbulkan stress pada anak.

Karena tekanan ekonomi yang dihadapi orangtua, tatanan hidup yang materialistis yang berkembang ssati ini menyebabkan anak tidak terpenuhi semua kebutuhan dasarnya menyebabkan anak mudah frustasi dan putus harapan karena merasa tidak memiliki masa depan. Anak cenderung kecil hati dan cepat menyerah menghadapi realitas hidup yang dirasakan makin berat itu.

Menurunnya kesehatan juga bisa menjadi sumber stress pada diri para anak. Konsumsi makanan yang kurang gizi, kurang tidur dan olah raga juga akan mempengaruhi respons terhadap stres.

Lingkungan (masyarakat) juga dapat menjadi penyebab timbulnya stress. Masyarakat yang berpaham materialis cenderung individualis. Kepekaan terhadapan lingkungan sosialnya sangat rendah.

Anak akan bersaing untuk bisa unggul dari dari segi materi tanpa peduli dengan kepentingan orang lain. Hubungan interpersonal semakin fungsional dan cenderung mengabaikan nilai-nilai kemanusiaan seperti keramahan, perhatian, toleransi dan tenggang rasa.

Akibatnya, tekanan isolasi dan keterasingan kian kuat; orang makin mudah kesepian di tengah keramaian. Ini yang disebut lonely crowded, gejala mencolok dari masyarakat materialis di mana-mana. Anak yang rentan, sedikit saja dikuasai oleh rasa stress inilah yang mendorongnya untuk melakukan hal-hal yang dianggap sebagai jalan pintas untuk keluar dari masalah, misalnya dengan bunuh diri. Ini pun tidak lepas dari contoh orang disekitarnya atau melalui media termasuk tontonan.

Bagaimana mengatasi Stres pada anak:

  1. Peka terhadap perubahan sikap anak yang mungkin dipicu stress.
  2. Bantu dan dampingi anak mengatasi masalah mereka.
  3. Cari tahu penyebab stress yang mereka alami. Jauhkan diri dari situasi-situasi yang menekan.
  4. Jadilah teman bagi anak untuk berbagi. 
  5. Ajak ke lingkungan yang kondusif. Misalnya pengajian, sehingga bertemu teman yang sholih sholihah yang mengajak mereka berpikir positif, senantiasa berprasangka baik, semangat belajar. 
  6. Bekali mereka dengan tasqofah islam serta tanamkan aqidah islam yang kuat. Ini membuat ananda belajar dan terbiasa untuk mendekatkan diri pada robbNya jika da masalah, senantiasa bertawakal dan berdoa. 
  7. Ajak anak untuk rekreasi sejenak menghilangkan kepenatan.
  8. Mulailah kebiasaan baik bagi anak misalnya olah raga
  9. Segera selesaikan masalah ayah bunda jika masalah itu dari lingkungan keluarga yang kurang hangat, penuh konflik dan tidak kondusif bagi tumbuh kembang anak.
Wallâhu a‘lam biash-shawâb.

Sumber : Tulisan Ibu Zulia Ilmawati; Psikolog, Pemerhati Masalah Anak dan Keluarga

Like dan Share : FB Homeschooling PPU
Email : hsgkuppu@gmail.com
Telp/WA : 0853 4848 9448 (Faiz Abdillah)

Donasi, Infaq, Shodaqoh serta Dukungan dari ayah bunda untuk HSG PPU silahan klik: DONASI

0 komentar: